syarief uye

Autumn Falling Leaves

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 10 Oktober 2017

KELOMPOK 2 (PSIKOLOGI SASTRA)

MAKALAH
“Psikologi Karya Sastra

Dosen Pengampu : M. Bayu Firmansyah, M.Pd

Mata Kuliah : Psikologi Sastra


Disusun Oleh Kelompok 2

1.      Maria Ulfa                      (13188201009)
2.     Arika Musafitri               (15188201003)
3.     Khusniatul Ummatir R     (15188201014)
4.     Mitha Agus Priyanti        (15188201020)
5.     M. Syariffuddin              (15188201024)
6.     Nur Fadilah                     (15199201029)

Kelas/semester      : 2015 A/5
Prodi                    : Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia


 
















SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP-STIT PGRI PASURUAN
Jalan Ki Hajar Dewantara 27-29 Pasuruan

Telp. (0343) 421948


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................       i
DAFTAR ISI..........................................................................................       ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................       1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................       1
1.3 Tujuan................................................................................................       1
BAB II KAJIAN TEORI
2.1  Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi Karya Sastr.......................      2
2.2  Kajian Psikologi Karya Sastra.............................................................     2
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan..........................................................................................     6
3.2  Saran..................................................................................................       6         
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Psikologi Karya Sastra” dengan lancar sesuai  jadwal yang ditetapkan.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak berupa dukungan moril maupun materil. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:
1.      M. Bayu Firmansyah, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Sastra.
2.      Teman-teman seperjuangan angkatan PBSI 2015 A.
3.      Serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.

Penulis barharap semoga penyusunan makalah ini dapat memberikan manfaat  bagi semua pihak terutama bagi penulis sendiri. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

Pasuruan,  Oktober 2017


Penulis

 BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu pengetahuan. Studi sastra memiliki metode-metode yang abash yang ilmiah, walau tidak selalu sama dengan metode ilmu-ilmu alam. Karya sastra pada dasarnya bersifat umum dan sekaligus bersifat khusus atau lebih tepat lagi individual dan umum sekaligus. Studi sastraadalah sebuah cabang ilmu pengetahuan yang berkembang terus menerus.
Dengan memfokuskan pada karya sastra, terutama fakta cerita dalam sebuah fiksi atau drama, psigologi sastra mengkaji tipe dan hokum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Untuk melakukan kajian ini, ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi, kemudian diadakan analisis terhadap karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis karya sastra.
Dengan memfokuskan pada karya sastra sebagai dasar penganalisisan maka pemecahan masalah akan dapat dijembatani secara bertahap. Didalam makalah ini akan di kaji secara terperinci tentang psikologi karya sastra.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagimanakah Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi Karya Sastra ?
2.      Bagaimanakah Kajian Psikologi Karya Sastra ?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mendeskripsikan Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi Karya Sastra.
2.      Untuk mendeskripsikan Kajian Psikologi Karya Sastra.


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi Karya Sastra
Dengan memfokuskan pada karya sastra, terutama fakta cerita dalam sebuah fiksi atau drama, psikologi karya sastra mengkaji tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Untuk melakukan kajian ini, ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi, kemudian diadakan analisis terhadap karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis karya sastra (Ratna, 2004:344).
Kalau cara pertama yang dipilih, maka karya sastra cenderung ditempatkan sebagai gejala sekunder, karena karya sastra dianggap sebagai gejala yang pasif atau semata-mata sebagai objek untuk mengaplikasikan teori. Kalau cara kedua yang dipilih, maka kita menempatkan karya sastra sebagai gejala yang dinamis. Karya sastralah yang menentukan teori, bukan sebaliknya. Untuk menentukan teori psikologi yang relevan untuk karya sastra tertentu, pada dasarnya sudah terjadi dialog, yang melaluinya akan terungkap berbagai problematika yang terkandung dalam objek (Ratna, 2004:344).

2.2 Kajian Psikologi Karya Sastra
Apabila kita memilih cara yang pertama, maka sebelum membaca karya sastra, misalnya kita sudah menentukan akan menganalisis penyimpangan kejiwaan tokoh yang terdapat dalam karya sastra. Dengan bekal teori psikologi abnormal, dicarilah karya sastra yang di dalamnya menceritakan tokoh yang mengalami kasus penyimpangan kejiwaan. Setelah menemukan karya sastra yang dicari, misalnya cerpen “Durian” karya Djenar Maesa Ayu (2002:19-30), kita akan menganalisis bagaimana dan mengapa tokoh Hyza dalam cerpen tersebut mengalami gangguan kejiwaan sehingga harus menjadi pasien seorang psikiater. Dalam cerpen “Durian” diceritakan seorang tokoh (perempuan) bernama Hyza yang mengalami depresi setelah bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki yang datang kepadanya dengan membawa sebuah durian berwarna keemasan. Hyza adalah seorang ibu, tanpa suami dengan tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Pada waktu berumur tujuh tahun kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Dia kemudian tinggal bersama kakak laki-laki tertua ayahnya, yang ditunjuk sebagai walinya. Ketika usianya baru sembilan tahun, dia diperkosa oleh walinya tersebut. Masa lalunya yang kelam mempengaruhi kehidupan seksualnya setelah remaja. Hyza bercinta dengan banyak laki-laki. Dia tidak pernah malu menyatakan keinginan seksualnya kepada siapa pun yang diinginkannya, sampai akhirnya dia melahirkan tiga orang anak (Ayu, 2002:20).
Dalam mimpinya tersebut Hyza sangat ingin mencicipi durian tersebut, namun laki-laki itu bersikeras akan memberikan durian keemasan itu hanya jika Hyza bangun dari tidurnya. Sebenarnya, sepanjang hidupnya Hyza tidak pernah mau makan durian, karena waktu masih sangat kecil ia pernah makan durian dengan sangat lahap. Ketika durian itu habis, perutnya lantas membesar, kemudian Hyza kemudian melahirkan seorang bayi perempuan berpenyakit kusta. Ia tidak pernah menceritakan kepada siapa pun perihal mimpinya itu dan bersumpah tidak pernah makan durian dan menjaga keturunannya dari kutukan penyakit kusta (Ayu, 2002:20).
Setelah bangun dari tidurnya, Hyza menemukan durian keemasan itu berseinar terang dalam kegelapan kamarnya. Durian tersebut kemudian disimpannya dalam gudang. Namun wangi durian tersebut terus menhikuti dan menggodanya. Hyza kemudian membuang durian itu ke bak sampah di depan rumahnya. Durian tersebut kemudian diambil oleh Bi Inah, yang juga tergoda oleh wangi durian tersebut. Terjadilah pertengkaran antara Hyza denga Bi Inah yang ingin memiliki durian tersebut. Pada akhirnya dunia emas tersebut disimpan di dalam kamar Bi Inah. Namun, Hyza tidak pernah dapat melupakan durian tersebut. Pikirannya hanya terpaku pada dunia itu. Durian keemasan yang sangat menggiurkan. Untuk mengatasi masalahnya, Hyza telah mengkonsumsi obat penenang dari psikiater. Di samping itu, dia juga mulai minum minuman keras dan kembali ke pergaulannya yang dulu, pergaulan bebas. Pada suatu hari, dalam keadaan mabuk ia mengambil durian dari kamar Bi Inah dan menukarnya dengan durian palsu yang sudah dilapisi emas. Hyza membuang durian tersebut ke tong sampah, tetapi kemudian diambilnya lagi dan membuangnya ke laki. Setelah durian hanyut ke kali, Hyza masih memburu durian tersebut dengan berlari menyusuri kali, sampai akhirnya bertemu dengan segerombolan laki-laki pemabuk yang kemudian memperkosanya bergantian habis-habisn (Ayu, 2002:27-28).
Setelah selama sebulan Hyza tidak berselera makan karena hanya menginginkan durian berwarna keemasan dan beraroma sangat menggiurkan, dia bermimpi kembali. Dalam mimpinya dia bertemu kembali dengan laki-laki yang pernah menemuinya dalam mimpi terdahulu. Laki-laki itu bertanya kepadanya: “Sudahkah kamu mencicipi durian itu?” “Lalu mengapa kamu tetap menyimpannya?” Ketika Hyza terbangun, dia berbegas mencari durian keemasan itu ke kamar Bi Inah, tapi durian tersebut tidak ada. Kemudian, dia membangunkan anak-anaknya untuk bersiap-siap ke sekolah. Dia sangat terkejut ketika melihat ketiga anaknya sudah terjangkit penyakit kusta (Ayu, 2000:29-30).
Membaca perjalanan hidup tokoh Hyza dalam cerpen “Durian” dengan menyandarkan pada teori psikologi, kita akan melihat bagaimana tokoh dengan masa lalu yang kelam telah mengalami perkembangan kejiwaan yang tidak normal. Sebagai korban pelecehan seksual pada masa kecil, dia telah berkembang menjadi seorang perempuan yang cenderung seks maniak. Dalam cerpen ini dideskripsikan bagaimana Hyza yang baru berumur dua belas tahun telah memperkosa teman sekelasnya.
Sewaktu Hyza bermur dua belas tahun ia mengajak teman sekelasnya yang bernana Stefan untuk menginap di rumahnya. Hyza hanya tinggal bersama dengan tiga orang pembantu…
Ketika Stefan tertidur, Hyza mulai memperkosa Stefan. Ia mengunyah bibir Stefan, melucuti bajudan memuaskan kehendaknya di atas tubuh Stefan yang tetap pura-pura tertidur. Keesokkan harinya Hyza berkata, “Stefan, saya tahu kamu tidak tidur.”
Stefan tidak menjawab. Ia hanya bertanya tanpa melihat ke mata Hyza, “bagaimana kalau kamu hamil?”
Hyza tertawa.
“Stefan, saya tidak akan hamil. Saya tidak makan durian…” (Ayu, 2002: 20-21).

Durian yang berhubungan dengan kenikmatan yang sangat didamba Hyza, --bahkan dia dapat mengalami orgasme hanya membayangkan telah menikmatinya--, dimunculkan dalam mimpi Hyza dalam cerpen ini. Dalam tafsir mimpi Freud hal ini menunjukkan adanya hasrat kenikmatan dan ketakutan terpendam yang direpresi dalam diri Hyza. Kenikmatan seksual dan ketakutan akan hamil dan melahirkan anak berpenyakit kusta.

Ketika Hyza kembali ke dalam kamarnya, wangi durian keemasan itu masih tertinggal. Ia tidak dapat memejamkan mata, wangi durian itu merasuki jiwanya. Memenjakan penciumannya. Membawa khayalnya melayang tinggi menembus langit-langit, beterbangan bersama kelap kelip gemintang.
Ia ingin mengiris durian keemasan itu dengan sebilah pisau berkilat yang tajam ia ingin membelah durian itu dengan kedua belah tangannya perlahan hingga durian itu meregang terputus jadi dua bagian. Ia ingin menjilati tangannya yang sedikit berdarah tergores duri dan terkena daging buah durian yang sedikit men yeruak ketika ia membukanya, lalu mengambil sebuah dengan tangannya, memasukkan perlahan ke dalam mulutnya yang basah, dan mengisapnya penuh dengan lidahnya hingga yang tertinggal hanya bijinya yang kini sudah sangat bersih.
Hyza mengerang pelan, lalu orgasme. (Ayu, 2002:22).

Depresi yang dialami Hyza, seperti digambarkan di awal cerpen, terjadi karena dia tidak kuat lagi menghadapi kenyataan bahwa mimpinya tentang durian dan penyakit kusta yang menyerang anak-anaknya menjadi kenyataan. Depresi itu menjadi semakin berat karena Hyza tidak mampu menceritakan kepada psikiaternya tentang mimpi anehnya itu.
Sudah hampir genap sebulan Hyza tidak berselera makan. Berat badannya
menurun drastis, keceriaannya hilang, jantungnya berdebar-debar tanpa sebab pasti dan kerap terserang panik secara tiba-tiba. Hyza sudah menemui seorang psikiater yang ternyata hanya mampu memberinya obat penenang dan penambah nafsu makan sebagai solusi tunggal. Hyza memang tidak pernah terbuka menceritakan kepada psikiater penyebab kegundahannya. Ia malu dan sangat takut jika psikiaternya menyatakan bahwa dia gila dan harus mendapat perawatan di rumah sakit jiwa. Ia tak mampu mengatakan bahwa penyebab sumua ini adalah sebuah durian. (Ayu, 2002:19).

Teori psikologi tentang gannguan kejiwaan seperti depresi dan kecemasan, penyebab dan akibatnya, cara mengatasinya dapat digunakan untuk menjelaskan (bahkan juga mendiagnosa) kondisi kejiwaan dan apa yang tokoh Hyza dalam cerpen “Durian”.
Dengan memilih cara kedua, maka kita dapat mulai dengan membaca dan memahami sebuah karya sastra, misalnya novel, cerpen, atau drama dengan memfokuskan pada tokoh dan perwatakannya. Dalam hal ini latar dan alur dalam novel hadir dalam rangka mendukung perwatakan tokoh. Dalam membaca dan memahami tokoh, aspek kejiwaan (psikologi) tokohlah yang perlu mendapatkan perhatian. Agar dapat memahami dan menginterpretasikan aspek kejiwaan tokoh, maka kita harus memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan hukum-hukum psikologi. Cara kedua ini pernah dilakukan oleh M.S. Hutagalung (1968) ketika menganalisis novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis. Pada karya Hutagalung, kajian psikologi merupakan salah satu dari kajian lainnya yang dipakai, yaitu latar belakang pengarang dan karyanya, struktur naratif, gaya bercerita, sosiologi, dan filsafat eksistensialisme. Kajian tersebut terdapat dalam buku berjudul Jalan Tak Ada Ujung Mochtar Lubis (Gunung Agung, 1963). Buku tersebut, awalnya merupakan skripsi untuk mencapai tingkat Sarjana Muda kesusastraan modern di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Pada kajian psikolgi sastra, yang diberi subjudul “Pengaruh Sistem Ilmu Jiwa Dalam pada Jalan Tak Ada Ujung”, Hutagalung mendeskripsikan adanya soal nafsu-nafsu seksual, lapisan tak sadar dan penekakan-penekanan terhadapnya, soal-soal mimpi, soal-soal kecemasan dan ketakutan, dan superego dalam novel Jalan Tak Ada Ujung.
Dalam hubungannya dengan soal nafsunafsu seksual, Hutagalung (1968:48) menunjukkan betapa besar pengaruh kelemahan syahwat Guru Isa pada jiwanya dan betapa gembiranya waktu impotensinya hilang, yang menunjukkan besarnya pengaruh nafsu seksual pada diri manusia, seperti dikemukakan darai teori Freud. soal nafsu-nafsu seksual juga ditemukan pada peristiwa serdaduserdadu Sikh yang masih sempat meraba-raba dada isteri seorang tuan rumah, biarpun dalam keadaan perang, kenang-kenagan Mr. Kamarudin tentang kepuasannya dengan wanita-wanita di luar rumah tangga, gurauan Rachmat dan Hazil ketika hendak melempar granat di saat perang, yang mengatakan, “Boleh ini Hazil. Lihat goyang pantatnya,” ketika melihat seorang wanita lewat.
Hutagalung (1968: 49) mengemukakan pada tokoh Guru Isa Nampak sekali pengaruh pandangan Freud tentang lapisan tak sadar dari jiwa manusia. Peristiwa: Isa menutup mukanya dengan kedua belah matanya, dan mengerang perlahan-lahan. Dia tidak tahu. Tapi apa yang dirasanya sekarang ialah reaksi yang lambat yang sekarang timbul dari perasaan ketakutannya yang tertekan tadi. Pelukisan ini sesuai dengan system Freud tentang balam tak sadar sebagai sumber neorosis atau sakit syaraf karena individu mencoba membuang ke daerah kenang-kenangannya yang tak ia sukai dan harapan-harapannya yang berakhir dengan kekecewaan-kekecewaan. Demikian juga ketika Guru Isa menekan keinginannya untuk memeluk dan bercinta dengan istrinya karena impotensi yang dialaminya akan mengecewakan istrinya.
Soal mimpi, yang banyak dibahas oleh Freud, juga ditemukan dalam Jalan Tak Ada Ujung. Mimpi menurut Freud memiliki tugas sebagai alat pemuas bagi Id yang pada waktu keadaan sadar dalam kehidupan tidak dapat dipuaskan. Dalam novel tersebut, Fatimah sering memimpikan Hazil, Guru Isa selalu bermimpi hal-hal yang sangat menakutkan, sering bermimpi melihat “jalan tak ada ujung” (Hutagalung, 1968: 50).
Hutagalung (1968:50-51) juga mengemukakan bahwa kecemasan dan ketakutan yang dialami Guru Isa sangat mirip dengan konsepsi Freud. Kecemasan yang dialami Guru Isa nampaknya termasuk kecemasan neorotis atau syaraf. Kecemasan ini ditimbulkan oleh ketakutan tentang apa yang mungkin terjadi. Kecemasan ini menjadi sifat orang gelisah, yang selalu mengira bahwa sesuatu yang hebat akan terjadi, seperti yang dialami Guru Isa. Di samping itu, Hutagalung (1968:51-52) juga menunjukkan bahwa gerak-gerik tokoh-tokoh dalam Jalan Tak Ada Ujung memiliki lapisan superego yang mempengaruhi kelakuan-kelakuannya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan memfokuskan pada karya sastra, terutama fakta cerita dalam sebuah fiksi atau drama, psikologi sastra mengkaji tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Untuk melakukan kajian ini, ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi, kemudian diadakan analisis terhadap karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis karya sastra.

3.2 Saran
Diharapkan kepada para pembaca, khususnya progam studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia bisa mempelajari serta memahami tentang teori Psikologi Karya Sastra dengan baik dan benar. Kami sebagai penulis mengharapkan saran dan kritikan apabila makalah ini masih ada kekurangan dan kami ucapkan terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA
Wiyatmi. 2011. Psikologi Sastra Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Kanwa Publisher.