ANALISIS
“Interpretasi
Psikologi Karya Sastra dalam Cerpen “Pudarnya Pesona Cleopatra” karya Habiburrahman El
Shirazy”
Dosen Pengampu : M. Bayu Firmansyah,
M.Pd
Mata Kuliah : Psikologi Sastra
Disusun Oleh
Kelompok 2-A
1.
Maria Ulfa (13188201009)
2.
Arika Musafitri (15188201003)
3.
Nur Fadilah (15199201029)
Kelas/semester : 2015 A/5
Prodi : Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
STKIP PGRI PASURUAN
Jalan Ki Hajar Dewantara 27-29 Pasuruan
Telp. (0343) 421948
A.
Sinopsis
“Pudarnya Pesona Cleopatra” karya Habiburrahman el Shirazy

Cerpen ini menceritakan tentang
seorang laki-laki yang ingin menikahi seorang wanita pilihan orang tuanya,
wanita itu bernama Raihana, Raihana adalah seorang gadis sholihah yang cantik
dan hafal AL-Quran, walaupun dia lebih tua dua tahun dari lelaki itu, tetapi
dia tetap kelihatan lebih muda, seperti baru berumur 17 tahun.
Lelaki itu menikahi Raihana bukan
atas dasar cinta melainkan karena kasihan kepada kedua orang tuanya, dan tidak
ingin mengecewakan orang tuanya.
Karena orang tuanya sudah menjodohkan mereka berdua jauh sebelum mereka dilahirkan kedunia. Sudah berapa hari lelaki itu menjalani hidupnya dengan Raihana tetapi benih-benih cinta itu masih belum juga tumbuh. Karena lelaki itu masih mengharapkan wanita yang dinikahinya dan berada di sampingnya kini adalah seorang gadis mesir titisan dari ratu Cleopatra, tetapi semua itu tidak mungkin karena mana ada gadis secantik titisan ratu Cleopatra yang tinggal di jawa lirihnya.
Setelah 6 bulan akhirnya Raihana hamil dan ia pun meminta izin kepada suaminya kalau ia ingin tinggal bersama kedua orang tuanya, agar Raihana bisa mendapat perhatian lebih dari orang tuanya. Kini lelaki itu hidup sendiri tanpa ada Raihana di sampingnya. Akhirnya, segala sesuatu pun ia lakukan sendiri dari mulai makan, menyetrika, dan mencuci baju ia lakukan sendiri, sampai akhirnya ia ditugaskan keluar kota.
Ketika sampainya ditempat kerja
lelaki itu mendengar perbincangan Pak Hardi dengan teman kerjanya yang sedang
membicarakan Pak Agung seorang dosen muda dan terkemuka. Ia berhasil menyunting
promotornya Judith Barton dan ketika Pak Agung telah menikah dengan Judith,
kemudian Judith ketahuan sedang berselingkuh dengan mantan pacarnya orang
Amerika dan Pak Agung pun memberi pilihan pada istrinya untuk memilih dia atau
mantan pacarnya. Judith pun memilih mantan pacarnya ketimbang suaminya.
Akhirnya Pak Agung pun bercerai dengan Judith sampai akhirnya Pak Agung menjadi
gila , itulah kisah Pak Agung.
Kemudian lelaki itu datang kepada Pak Qolyubi untuk meminta nasihat dan akhirnya Pak Qolyubi bercerita tentang kisahnya yang pernah menikah dengan gadis mesir yang sangat cantik tetapi dia tidak mengenakan jilbab, dia anak tuanya yang bernama Yasmin. Di awal pernikahanya Pak Qolyubi sangat bahagia tinggal bersama seorang istri cantik, dan apapun yang diminta istrinya dapat terpenuhi oleh pak Qolyubi. Kemudian pak Qolyubi pindah ke indonesia mengajak ketiga anaknya. Yasmin menyetujui tetapi meminta persyaratan agar setiap tahun pulang ke Mesir dan pak Qolyubi memenuhi persyaratan itu.
Setelah sampai di medan pak Qolyubi
mencari tempat tinggal yang mempunyai fasilitas serba ada seperti fasilitas
yang ada di mesir. Dan setelah 1 tahun tinggal di Indonesia Yasmin meminta
pulang ke mesir untuk menjenguk keluarganya. Setiap melihat wajah Yasmin yang
cantik itu pak Qolyubi tidak bisa menolak rintihan istrinya itu untuk pulang ke
Mesir. Dan sampai akhirnya, pak Qolyubi bangkrut dari usahanya, dan dia pun
meminta kepada orang tuanya untuk menjual sawahnya agar dapat memenuhi
keinginan Yasmin.
Setelah beberapa tahun di Mesir pak Qolyubi mengajak Yasmin pulang ke Indonesia, tetapi Yasmin menolak. dan Yasmin pun ketahuan selama di Indonesia selalu menjelek-jelekan suaminya dan akhirnya pak Qolyubi bercerai dengan Yasmin. Beruntung kamu mempunyai seorang istri sholihah yang cantik dan hafal AL-Quran. Seketika itu pun bayangan Raihana melintas difikiranya, kerinduan kepada sang istri pun mulai tumbuh.
Lelaki itu pun segera pulang kerumah
untuk menjemput istrinya. Setelah sesampainya di depan rumah Raihana, ibu
mertuanya langsung menangis dan memeluk suami Raihana dan menceritakan bahwa
Raihana istrinya telah meninggal karena terpeleset di kamar mandi. Dia pun
menangis terisak-isak atas kepergian istrinya itu, dan dia menyesal kenapa
benih-benih cinta itu tumbuh disaat Raihana telah pergi meninggalkanya.
B.
Konsep
I.
Psikologi
Sastra
Psikologi sastra
adalah telaah karya sastra yang dinyakini mencerminkan proses dan aktivitas
kejiwaan. Dalam menelaah suatu karya psikologi hal penting yang perlu dipahami
adalah sejauh mana keterlibatan psikologi pengarang dan kemampuan pengarang
menampilkan para tokoh rekaan yang terlibat dengan masalah kejiwaan (Minderop,
2010:54 - 55).
II.
Psikologi
“Psikologi”
berasal dari perkataan Yunani “psyche”
yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu-ilmu
pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu
yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam – macam gejalanya, prosesnya
maupun latar belakangnya (Ahmadi, 1999:1).
Teori psikologi
yang digunakan pada karya sastra ini adalah teori psikologi abnormal.
III.
Teori Dasar Pemikiran Psikoanalisis- Sigmund Freud
Salah satu
penemuan besar psikoanalisis adalah adanya kehidupan tak sadar pada
manusia.Ketaksadaran ini adalah segi pengalaman yang tak pernah disadari.
Ketidaksadaran ini merupakan salah satu inti pokok atau tiang pesak
teorinya.Dalam hal ini segi-segi terpenting perilaku manusia justru ditentukan
oleh alam tak sadarnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepribadian adalah
faktor historis masa lampau dan faktor kontemporer, analoginya faktor bawaan
dan faktor lingkungan dalam pembentukan kepribadian individu. Pembagian
psikisme manusia dibagi menjadi tiga : Id,
Ego, Superego (Minderop, 2010:20 - 21).
Id
merupakan energi psikis dan naluri yang menekankan manusia agar memenuhi
kebutuhan dasar seperti makan, seks menolak rasa sakit atau tidak nyaman.
Menurut Freud, id berada di alam
bawah sadar, tidak ada kontak dengan realitas. Cara kerja id berhubungan dengan prinsip kesenangan, yakni selalu mencari
kenikmatan dan selalu menghindari ketidaknyamanan (Minderop, 2010:21).
Ego
adalah segi kepribadian yang dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan
serta mau menanggung ketegangan dalam batasan tertentu. Belawanan dengan id yang bekerja berdasarkan prinsip
kesenangan, ego bekerja berdasarkan prinsip realita artinya ia dapat menunda
pemuas diri atau menacari bentuk pemuas lain yang lebih sesuai dengan batasan
lingkungan dan hati nurani. Ego
menjalankan proses sekunder, artinya ia menggunakan kemampuan berfikir secara
rasional dalam mencari pemecahan masalah terbaik. Ego (terletak di antara alam sadar dan tak sadar) Ego terperangkap
di antara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta patuh pada prinsip
realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang dibatasi oleh
realitas. Tugas Ego memeberi tempat pada fungsi mental utama, misalnya : penalaran,
penyelesaian masalah dan pengambilan kepribadian. (Minderop, 2010:22)
Superego
mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Superego
sama halnya dengan “hati nurani” yang mengenali nilai baik dan buruk
(Minderop, 2010:22). Sebagaimana id, ego,
superego tidak mempertimbangkan realitas karena tidak bergumul dengan hal –
hal realistik, kecuali ketika implus seksual dan agresivitas id dapat terpuaskan dalam pertimbangan
moral.
C.
Tokoh
dan Perwatakan
Memiliki watak
keras kepala, egois dan tidak mau menerima takdir serta tidak bisa menghargai
orang yang mencintainya dengan tulus.
D.
Implementasi
dan Interpretasi Teori Dasar Pemikiran
Psikoanalisis- Sigmund Freud
No.
|
Data
|
Interpretasi
|
|
ID
|
|||
1.
|
Tapi seleraku lain. Entah mengapa. Apakah mungkin
karena aku telah begitu hanyut citra gadis-gadis Mesir Titisan Cleopatra yang
tinggi semampai? Yang berwajah putih jelita dengan hidung melengkung indah,
mata bulat bening khas Arab, dan bibir merah halus menawan. Dalam balutan
jilbab sutra putih wajah gadis Mesir itu bersinar-sinar, seperti permata
Zabarjad yang bersih, indah berkilau tertempa sinar purnama. Sejuk dan
mempesona.
Jika tersenyum, lesung pipinya akan menyihir siapa
saja yang melihatnya. Aura pesona kecantikan gadis-gadis Mesir Titisan
Cleopatra sedimikian kuat mengakar dalam otak, perasaan dan hatiku,
sedimikian kuat menjajahkan cita- cita dan mimpiku. (Paragraf ke 8)
|
Dalam cerpen ini tokoh “Aku” memiliki sebuah
kriteria tersendiri untuk wanita yang akan ia jadikan seorang istri. Gadis
idaman yang begitu ia inginkan untuk
dijadikan seorang istri sosoknya seperti gadis mesir titisan
cleopatra. Gadis yang tinggi semampai, hidung melengkung indah, mata bulat
bening khas arab, dan bibir merah halus menawan.
|
|
2.
|
Hari pernikahan itu
datang. Aku datang seumpama tawanan yang digiring ketiang gantungan. Lalu
duduk di pelaminan bagai mayat hidup, hati hampa, tanpa cinta. Apa mau
dikata, cinta adalah anugerah Tuhan yang tak bisa dipaksakan, pesta meriah
dengan bunyi empat grup rebana terasa konyol. Lantunan shalawat nabi terasa
menusuk-menusuk hati. Inna lillahi wa ilahi rajiun! Perasaan dan nuraniku
benar-benar mati. (Pargraf ke 11)
|
Dalam cerpen ini tokoh “Aku” merasa bathinnya
bergejolak atas pernikahannya. Padahal pernikahannya baik-baik saja hanya
saja bathinnya mengibaratkan bahwa
saat ia duduk di pelaminan seperti mayat hidup, hati hampa, tanpa cinta, dan
lantunan sholawat nabi yang menusuk-menusuk hatinya yang sama sekali tidak
seperti kenyataan yang terjadi dia hanya mengandai-mengandai.
|
|
3.
|
Tapi cinta adalah selera. Dan selera orang
berbeda-beda. Dan aku selalu menolak jika orang mengatakan gadis Mesir banyak
yang gembrot. Aku justru melihat jika ada delapan gadis Mesir maka yang
cantik ada enam belas. Karena banyangannya juga cantik. Aku mungkin terlalu
memuja keelokan gadis Mesir. Itulah selera (Paragraf ke 36)
|
Dalam cerpen ini tokoh “Aku” merasa bahwa gadis
mesir itu sangat sempurna. Ia tidak memperdulikan omongan orang lain yang menyatakan
bahwa gadis mesir tidak elok untuk di lihat. Ia tetap berfikir bahwa gadis
mesir selalu cantik bahkan bayangannya saja sama cantiknya dengan gadis mesir
tersebut.
|
|
EGO
|
|||
1.
|
Selanjutnya aku
merasa sulit hidup bersama Raihana. Aku sendiri tidak tahu dari mana
sulitnya. Rasa tidak suka itu semakin menjadi-jadi. Aku tak mampu lagi
meredamnya. Aku dan Raihana hidup dalam dunia masing-masing. Aktivitas kami
hanya sesekali bertemu dimeja makan dan saat sesekali shalat malam. Aku sudah
memasuki bulan keenam menjadi suaminya. Dan satu bulan lebih aku tidak tidur
sekamar lagi dengannya. Aku lebih merasa nyaman tidur bersama buku-buku dan
computerku di ruang kerja. (Paragraf ke 34)
|
Dalam cerpen ini tokoh “Aku” merasa tidak nyaman
dengan kehidupan rumah tangga yang ia jalani bersama Raihana. Terbukti bahwa
setelah menjalani hubungan sebagai sepasang suami-istri selama 6 bulan
bersama istrinya ternyata hubungan itu selama ini tidak ada keharmonisannya
sama sekali. Sehingga ia lebih nyaman untuk hidup sendiri dari pada hidup
bersama Raihana istrinya. Sampai-sampai ia lebih memilih untuk tidur bersama
buku-buku dan komputernya diruang kerja daripada harus tidur satu ranjang
bersama Rihana.
|
|
2.
|
Namun dalam hati aku mengacam, meskipun tidak cinta
kalau sampai Raihana berselingkuh dia akan aku bunuh! Akan aku bunuh! Karena
walau bagaimana pun statusnya adalah isteriku. Sebab sekonyol apapun keadaan
yang kualami aku sama sekali tidak mau sedikitpun berhati sedikitpun untuk
tertarik pada perempuna lain. Aku justru berusaha untuk mencintainya. Hanya
saja selalu tidak bisa. Selalu sia-sia entah kenapa?. (Parfgraf ke 55)
|
Dalam cerpen ini tokoh “Aku” berusaha mementingkan
kehormatanya sebagai seorang suami tetapi ia tidak adil kepada Raihana.
Walaupun ia tidak mencintai istrinya ia tetap ingin dihormati sebagai seorang
suami. Meskipun ia tidak mencintai Raihana, ia masih memiliki tanggung jawab
sebagai seorang suami yang setia kepada istrinya. Oleh karena itu, bagaimanapun
keadaanya ia melihat status dari Raihana sebagai seorang istri yang telah
dinikahinya. Dia juga merasa malu jika terjadi perselingkuhan di dalam rumah
tangganya.
|
|
3.
|
Setelah Raihana tinggal di tempat ibunya, aku merasa
sedikit lega. Aku tidak lagi bertemu setiap saat dengan orang yang ketika
melihat dia aku merasa tidak nyaman. Entah apa sebabnya bisa demikian. Aku
bisa bebas melakukan apa saja (Paragraf ke 50)
|
Dalam cerpen ini tokoh “Aku” merasa ia lebih
nyaman dengan kehidupannya sendiri. Ia terbebas dari kehidupan yang
sebenarnya selama ini tidak ia
inginkan hanya saja karena ingin menuruti kemaun ibunya di berpura-pura
mencintai Raihana, Istrinya. Kini ia merasa bebas melakukan segala hal tanpa
adanyan Raihana.
|
|
SUPEREGO
|
|||
1.
|
Duhai tuhan mohon ampunan. Aku yang terbiasa membaca
ayat-ayat-Nya kenapa bisa itu menebas leher kemanusiaanku. Dan aku pasrah
tanpa daya. (Paragraf ke 14)
|
Dalam cerpen ini tokoh “Aku” merasa bersalah telah
memperlakukan Raihana seperti itu. Ia yang terbiasa mengerti mengenai agama
yang sangat ia pegang teguh . Namun, bisa-bisanya ia memperlakukan istrinya
dengan tidak baik.
|
|
2.
|
Jika sudah berkaitan dengan cinta dan mimpi, yang
salah atau benar seringkali tidak jelas batasanya. Hanya yang diselamatkan
oleh Allah yang masih berpijak pada kesadaran naluri dan berpijak pada jalan
yang benar. (Paragraf ke 33)
|
Dalam cerpen ini tokoh “Aku” merasa bahwa ia dapat
membatasi fikirannya tentang cinta dan mimpi . Ia merasa telah diselamatkan
oleh Allah karena masih diberikan kesadaran naluri atas apa yang telah
terjadi dalam kehidupannya dengan Raihana.
|
|
3.
|
Dasarnya adalah aku tak ingin mengecewakan ibuku,
itu saja. Biarlah aku kecewa, biarlah aku menderita, terbelenggu persaan
konyol, asal ibuku tersenyum bahagia. Aku berharap jadi anak yang baik, jadi
orang baik namun aku tidak rahu, apakah aku bisa jadi suami Raihana yang
baik?. (Paragraf ke 46)
|
Dalam cerpen ini tokoh “Aku” berusaha berpura-pura
untuk menjadi suami yang sesungguhnya yang berusaha mencintai istrinya
sepenuhnya. Namun, ia melakukan semua hanya karena alasan utamanya tidak
mengecewakan ibunya yang sangat ia cintai.
|
|
E.
Kesimpulan
Dalam
cerpen tersebut tokoh utama “Aku” mengalami
gejolak bathin akibat keinginannya tidak sesuai dengan harapannya. Akan tetapi,
dalam cerpen ini tokoh aku mengerti tentang norma baik dan buruk sebuah
perbuatan yang ia lakukan (Superego) sehingga id yang dialaminya disampingkan
karena adanya superego.
Daftar Pustaka
Ahmadi. 1999. Psikologi
Sosial. Jakarta Rineka Cipta.
El Shirazy, Habiburrahman. 2008. Pudarnya
Pesona Cleopatra. Jakarta: Republika.
Minderop, Albertino.
2010. Psikologi SASTRA karya sastra,
metode, teori, dan contoh kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.








0 komentar:
Posting Komentar